Sabtu, 26 November 2011

Terapi Cairan


I. TERAPI CAIRAN
Pengantar
Dengan makan dan minum tubuh kita mendapat air, elektrolit, karbohidrat, lemak, vitamin dan zat-zat lainnya. Dalam waktu 24 jam jumlah air dan elektrolit yang masuk dan keluar melalui kemih, tinja, keringat dan uap pernapasan pada orang dewasa kira-kira sama seperti pada tabel di bawah ini.
Masukan (ml per 24 jam)
Keluaran (ml per 24 jam)
Minum
800 – 1700
Urine
600 – 1600
Makan
500 -1000
Faeces
50 – 200
Oksidasi
200 – 300
IWL
850 – 1200
Jumlah
1500 – 3000
Jumlah
1500 – 3000
Terapi cairan dibutuhkan jika tubuh tidak dapat memasukkan air, elektrolit, dan zat-zat makanan secara oral misalnya pada keadaan pasien harus puasa lama (misal karena pembedahan saluran cerna), perdarahan banyak, syok hipovolemik, anoreksia berat, mual muntah terus-menerus, dll. Dengan terapi cairan, kebutuhan air dan elektrolit dapat terpenuhi. Selain itu, dalam keadaan tertentu terapi cairan dapat digunakan sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau dapat juga digunakan untuk menjaga keseimbangan asam-basa.
Komposisi Cairan Tubuh
Kandungan air pada saat bayi lahir adalah sekitar 75% BB dan pada saat berusia 1 bulan sekitar 65% BB. Komposisi cairan pada tubuh dewasa pria adalah sekitar 60% BB, sedangkan pada dewasa wanita 50% BB. Sisanya adalah zat padat seperti protein, lemak, karbohidrat, dll.
Air dalam tubuh berada di beberapa ruangan, yaitu intraseluler sebesar 40% dan ekstraseluler sebesar 20%. Cairan ekstraseluler merupakan cairan yang terdapat di ruang antarsel (interstitial) sebesar 15% dan plasma sebesar 5%. Cairan antarsel khusus disebut cairan transeluler misalnya cairan serebrospinal, cairan persendian, cairan peritoneum, dll.



Komposisi cairan intra dan ekstraseluler diuraikan pada tabel di bawah ini:

CIS
CES
Plasma
Interstitial
Natrium
15
142
144
Kalium
150
4
4
Calsium
2
5
2,5
Magnesium
27
3
1,5
Clorida
1
103
114
HCO3
10
27
30
HPO4
100
2
2
SO4
20
1
1
Asam organik
-
5
5
Air melintasi membran sel dengan mudah, tetapi zat-zat lain sulit melintasinya atau membutuhkan proses khusus supaya dapat melintasinya; oleh sebab itu komposisi elektrolit di luar dan di dalam sel berbeda. Cairan intraseluler banyak mengandung ion K, Mg dan fosfat; sedangkan cairan ekstraseluler banyak mengandung ion Na dan Cl.
Plasma adalah darah dikurangi sel-sel darah seperti eritrosit, leukosit dan trombosit. Serum adalah plasma darah dikurangi faktor-faktor pembekuan misalnya fibrinogen dan protrombin. Hematokrit adalah persentase volume eritrosit di dalam darah.
Pergerakan air
Tekanan osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah perembesan (difusi) cairan melalui membran semipermeabel ke dalam cairan lain yang konsentrasinya lebih tinggi. Membran semipermeabel adalah membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya protein.
Tekanan osmotik plasma adalah 285 ± 5 mOsm/L. Larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut larutan isotonik (misalnya NaCl 0,96%, dekstran 5%, Ringer-Laktat), larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah disebut larutan hipotonik (misalnya akuades) dan larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi disebut larutan hipertonik.
Kebutuhan Air dan Elekrolit
Kebutuhan cairan basal (rutin, rumatan) adalah 30-40 ml/kgBB/hari pada orang dewasa. Untuk menentukan kebutuhan cairan pada anak-anak dapat digunakan pedoman sbb:
à 4 ml/kgBB/jam untuk berat badan 10 kg pertama
à 2 ml/kgBB/jam tambahkan untuk berat badan 10 kg kedua
à 1 ml/kgBB/jam tambahkan untuk sisa berat badan selanjutnya
Contoh
Pasien dengan berat badan 23 kg, maka kebutuhan cairan basalnya adalah:
(4 x 10) + (2 x 10) + (1 x 3) = 63 ml/jam
TERAPI CAIRAN
Definisi
Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur dalam batas-batas fisiologis.
Indikasi, antara lain:
-       Kehilangan cairan tubuh akut
-       Kehilangan darah
-       Anoreksia
-       Kelainan saluran cerna
Tujuan
Tujuan pemberian terapi cairan dijabarkan pada bagan di bawah ini.



Teknik Pemberian
Prioritas utama dalam menggantikan volume cairan yang hilang adalah melalui rute enteral / fisiologis misalnya minum atau melalui NGT. Untuk pemberian terapi cairan dalam waktu singkat dapat digunakan vena-vena di punggung tangan, sekitar daerah pergelangan tangan, lengan bawah atau daerah cubiti. Pada anak kecil dan bayi sering digunakan daerah punggung kaki, depan mata kaki dalam atau kepala. Pemberian terapi cairan pada bayi baru lahir dapat dilakukan melalui vena umbilikalis.
Penggunaan jarum anti-karat atau kateter plastik anti trombogenik pada vena perifer biasanya perlu diganti setiap 1-3 hari untuk menghindari infeksi dan macetnya tetesan. Pemberian cairan infus lebih dari 3 hari sebaiknya menggunakan kateter besar dan panjang yang ditusukkan pada vena femoralis, vena cubiti, vena subclavia, vena jugularis eksterna atau interna yang ujungnya sedekat mungkin dengan atrium kanan atau di vena cava inferior atau superior.
Sifat-Sifat Plasma Substitute yang Ideal
Sifat-sifat plasma substitute yang ideal adalah:
  • pH, tekanan onkotik dan viskositas sebanding dengan plasma darah
  • Efek volume yang cukup untuk periode waktu tertentu tanpa resiko overload pada sistem cardiovaskuler atau terjadinya edema
  • Meningkatkan mikrosirkulasi dan memperbaiki diuresis
  • Tidak mengganggu homeostasis
  • Tidak mengganggu blood grouping dan cross matching
  • Akumulasi minimal pada sistem retikuloendotelial
  • Lama penyimpanan produk panjang
  • Ekonomis
Karakteristik Berbagai Plasma Substitute
Kriteria
Whole blood
Larutan elektrolit
Albumin 20%
Dekstran
40+10
HES 6%
Haemaccel
pH
7,3 – 7,4
5,5 – 6,5
6,47 – 7,2
4,5 – 5,7
5,0 – 7,0
7,0 – 7,6
BM rata-rata
-
-
66.000
40.000
200.000/ 450.000
35.000
Tekanan osmotik
Fisiologis
Non-osmotik
Iso-osmotik
Hiper-osmotik
Hiper-osmotik
Iso-osmotik
Keseimbangan cairan intravaskuler-interstitial
Terpelihara
Resiko edema
Perbaikan
Dehidrasi
Dehidrasi
Perbaikan
Waktu paruh efektif
Beberapa hari-minggu
Beberapa menit
Beberapa hari
6-8 jam
12 jam
4-6 jam
Gangguan pada blood typing
Biasanya tidak
Tidak
Tidak
Pseudoaglu tinasi
Tidak
Tidak
Gangguan pada homeostasis
Ada kemungkinan (aktivasi faktor)
Hanya pengence-ran
Hanya pengence-ran
Menurunkan fungsi trombosit dan koagulopati
Menurunkan fungsi trombosit dan koagulopati
Hanya pengenceran
Fungsi ginjal
?
Membaik
Membaik
Mungkin terganggu
Tidak ditemukan data literatur
Membaik
Overload cardiovaskuler
Mungkin
Tidak
Tidak mungkin
Mungkin
Mungkin
Tidak mungkin
Efek samping yang mungkin
Anafilaksis/ inkompatibilitas
Edema pulmonal
Reaksi kutis, demam, hipotensi sementara
Anafilaksis yang perlu premedikasi
Anafilaksis atau reaksi anafilaksis
Reaksi kulit lokal, hipotensi sementara
Transmisi penyakit
Resiko infeksi virus seperti HIV, HBV, HCV
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Waktu penyimpanan
21 hari
3 tahun
3-5 tahun
5 tahun
3 tahun
5 tahun
Suhu penyimpanan
4-6°C
Suhu ruangan
2-25°C
< 25°C
Suhu ruangan
Suhu ruangan
Akumulasi pada RES
Tidak
Tidak
Tidak
Beberapa minggu
Beberapa bulan
Tidak
Kelebihan dan Kekurangan Berbagai Sediaan Plasma Substitute
  1. 1. Whole blood
Kelebihan
  • Kapasitas angkut oksigen
  • Kapasitas hemostatik
Kekurangan
  • Penyediaan lama
  • Waktu penyimpanan pendek
  • Reaksi anafilaktik ringan sampai parah
  • Alloimunisasi
  • Reaksi hemolisis
  • Reaksi infeksi
  • Viskositas meningkat
  • Overload volume
  • Hiperkalium, hiperkalsium, asidosis
  • Harga mahal
  1. Larutan elektrolit
Kelebihan
  • Lebih mudah tersedia dan murah
  • Komposisi serupa dengan plasma (Ringer Asetat / Ringer Laktat)
  • Bisa disimpan pada suhu kamar
  • Bebas dari reaksi anafilaktik
  • Komplikasi minimal
Kekurangan
  • Edema bisa mengurangi ekspansibilitas dinding dada
  • Oksigenasi jaringan terganggu karena bertambahnya jarak kapiler dan sel
  • Memerlukan volume 4 kali lebih banyak
  1. 3. Larutan human albumin
Kelebihan
  • Ekspansi volume plasma tanpa ekspansi volume interstitial
  • Ekspansi volume lebih besar
  • Durasi lebih lama
  • Oksigenasi jaringan lebih baik
  • Gradien O2 alveolar-arterial lebih sedikit
  • Insiden edema paru dan atau edema sistemik lebih rendah
Kekurangan
  • Reaksi anafilaksis
  • Koagulopati
  • Albumin bisa memperberat depresi miokard pada pasien syok
  1. Larutan dekstran
Kelebihan
  • Efek volume panjang atau lama
  • Efek anti trombotik
Kekurangan
  • Ekspansi ekstravaskuler dan dehidrasi kompartemen interstitial
  • Gangguan hemostasis
  • Batasan dosis
  • Reaksi anafilaksis fatal
  • Gangguan fungsi renal
  • Akumulasi pada sistem retikuloendotelial
  • Gangguan pada blood grouping dan cross matching
  1. HES
Kelebihan
  • Efek volume panjang atau lama
  • Efek anti trombotik
Kekurangan
  • Ekspansi ekstravaskuler dan dehidrasi kompartemen interstitial
  • Gangguan hemostasis
  • Batasan dosis
  • Reaksi anafilaksis fatal
  • Akumulasi pada sistem retikuloendotelial
  1. Haemaccel
Kelebihan
  • Iso-osmotik
  • Mempertahankan keseimbangan cairan
  • Efek volume optimal
  • Perbaikan fungsi renal
  • Tidak mengganggu hemostasis
  • Tidak mengganggu blood grouping
  • Tidak terjadi akumulasi pada RES
  • Ekonomis
Kekurangan
  • Reaksi anafilaktoid
Kesuksesan Terapi Cairan
Terapi cairan yang berhasil digambarkan dengan peningkatan indeks kardiak, pengangkutan oksigen dan konsumsi oksigen; serta penurunan resistensi vaskuler pulmonal dan resistensi vaskuler sistemik.
  1. II. TERAPI ELEKTROLIT
  2. a. Hiponatremia
  1. NATRIUM
Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (< 135 mEq/L)
Hiponatremia dibedakan menjadi:
1)     Hiponatremia artifactual à palsu
Laboratorium melaporkan ralat yang disebabkan oleh:
  • Hiperglikemi
Koreksi nilai natrium (setiap peningkatan glukosa darah sebesar 100 mg/dl mengurangi natrium sebesar 1,7 mEq/L)
  • Hiperlipidemi
Osmolalitas serum yang diukur akan normal atau lebih besar daripada osmolalitas yang dihitung (Osm = [2 x Na] + [Glukosa/18] + [BUN/2,8])
2)     Hiponatremia dilutional à hipervolemia dengan ekspansi air tubuh total
Merupakan hiponatremia yang disebabkan oleh gangguan ekskresi air, tampak sebagai edema; misalnya pada CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik.
3)     Hiponatremia hipovolemik à deplesi natrium melebihi deplesi air; misalnya pada gagal ginjal, hipotiroid dan penyakit Addison.
4)     Hiponatremia euvolemik à deplesi natrium dan air dalam jumlah sebanding
Hal ini terjadi pada kehilangan air dan natrium melalui saluran cerna (pada muntah, sedot nasogastrik, diare), kehilangan ke rongga ketiga (pada luka bakar, pembedahan), keringat berlebihan, penyakit ginjal dan adrenal (pada DM tak terkendali, hipoaldosteron, penyakit Addison, fase pemulihan dari penyakit ginjal).
Gambaran Klinis
  • Gambaran klinis hiponatremia tergantung keparahan dan cepatnya timbul pertama kali.
  • Gejala lebih mencolok pada hiponatremia yang cepat berkembang.
  • Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit kepala dan keram otot.
  • Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi, kejang, disorientasi dan koma.
  • Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit Addison).
  • Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok seperti hipotensi dan takikardi.
Tatalaksana hiponatremia
  • Atasi penyakit dasar
  • Hentikan setiap obat yang ikut menyebabkan hiponatremia
  • Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama secara perlahan-lahan, sedangkan hiponatremia akut lebih agresif. Hindari koreksi berlebihan karena dapat menyebabkan central pontine myelinolysis
  • Jangan naikkan Na serum lebih cepat dari 12 mEq/L dalam 24 jam pada pasien asimptomatik. Jika pasien simptomatik, bisa tingkatkan sebesar 1 sampai 1,5 mEq/L/jam sampai gejala mereda. Untuk menaikkan jumlah Na yang dibutuhkan untuk menaikkan Na serum sampai 125 mEq/L digunakan rumus:
Jumlah Na (mEq) = [125 mEq/L – Na serum aktual (mEq/L)] x TBW (dalam liter)
TBW (Total Body Water) = 0,6 x BB (dalam kg)
  • Larutan pengganti bisa berupa NaCl 3% atau 5% (masing-masing mengandung 0,51 mEq/ml dan 0,86 mEq/ml)
  • Pada pasien dengan ekspansi cairan ekstrasel, mungkin dperlukan diuretik
  • Hiponatremia bisa dikoreksi dengan NaCl hipertonik (3%) dengan kecepatan kira-kira 1 mL/kg per jam.
  1. b. Hipernatremia
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
Causa
  • Terjadi jika kehilangan cairan hipotonik tidak diganti secara adekuat.
  • Jika kehilangan cairan tidak melalui ginjal (kehilangan melalui saluran cerna, keringat atau hiperventilasi), osmolalitas urin akan lebih besar daripada serum, dan Na urin akan < 20 mEq/L.
  • Osmolalitas urin kurang dari atau sama dengan serum menyiratkan kehilangan melalui ginjal (misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik).
  • Hipernatremia dapat terjadi dengan hiperalimentasi atau pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala
Iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap hipernatremia. Manifestasi tambahan biasa terjadi sekunder terhadap kelainan dasar dan status volume (takikardi dan hipotensi ortostatik dengan deplesi volume; edema bila ada kelebihan cairan).
Tatalaksana hipernatremia
  • Hipernatremia dengan deplesi volume harus diatasi dengan pemberian normal saline sampai hemodinamik stabil. Selanjutnya defisit air bisa dikoreksi dengan Dekstrosa 5% atau NaCl hipotonik.
  • Hipernatremia dengan kelebihan volume diatasi dengan diuresis, atau jika perlu dengan dialisis. Kemudian Dekstrosa 5% diberikan untuk mengganti defisit air.
  • Defisit air tubuh ditaksir sbb:
Defisit = air tubuh (TBW) yang dikehendaki (liter) – air tubuh skrg
Air tubuh yg dikehendaki = (Na serum yg diukur) x (air tubuh skrg/Na serum normal)
Air tubuh sekarang = 0,6 x BB sekarang (kg)
  • Separuh dari defisit air yang dihitung harus diberikan dalam 24 jam pertama, dan sisa defisit dikoreksi dalam 1 atau 2 hari untuk menghindari edema serebral.
  1. KALIUM
Kalium total tubuh berjumlah kira-kira 50 mEq/kgBB, 98% terdapat di dalam sel. Penurunan kadar serum sebanyak 1 mEq K+ berbanding dengan 10% sampai 20% defisit kalium total tubuh.
  1. a. Hipokalemia
Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (< 3,5 mEq/L)
Etiologi
  • Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik, diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
  • Diuretik
  • Asupan K+ yang tidak cukup dari diet
  • Ekskresi berlebihan melalui ginjal
  • Maldistribusi K+
  • Hiperaldosteron
Gambaran klinis
Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST. Hipokalemia juga menyebabkan peningkatan kepekaan sel jantung terhadap digitalis dan bisa mengakibatkan toksisitas pada kadar terapi.
Tatalaksana hipokalemia
  • Defisit kalium sukar atau tidak mungkin dikoreksi jika ada hipomagnesia. Ini sering terjadi pada penggunaan diuretik boros kalium. Magnesium harus diganti jika kadar serum rendah.
  • Terapi oral. Suplementasi K+ (20 mEq KCl) harus diberikan pada awal terapi diuretik. Cek ulang kadar K+ 2 sampai 4 minggu setelah suplementasi dimulai.
  • Terapi intravena harus digunakan untuk hipokalemia berat dan pada pasien yang tidak tahan dengan suplementasi oral. Dengan kecepatan pemberian sbb:
    • Jika kadar K+ serum > 2,4 mEq/L dan tidak ada kelainan EKG, K+ bisa diberikan dengan kecepatan 0 sampai 20 mEq/jam dengan pemberian maksimum 200 mEq per hari.
    • Pada anak 0,5-1 mEq/kgBB/dosis dalam 1 jam. Dosis tidak boleh melebihi dosis maksimum dewasa.
  1. b. Hiperkalemia
Definisi: kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Etiologi
  • Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat kalium, penghambat ACE.
  • Beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries), pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
  • Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
  • Insufisiensi adrenal
  • Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu lama
  • Hipoaldosteron
Gambaran klinis
Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.
Tatalaksana hiperkalemia
  • Pemantauan EKG kontinyu dianjurkan jika ada kelainan EKG atau jika kalium serum > 7 mEq/L
  • Kalsium glukonat dapat diberikan iv sebagai 10 ml larutan 10% selama 10 menit untuk menstabilkan myocard dan sistem konduksi jantung
  • Natrium bikarbonat membuat darah menjadi alkali dan menyebabkan kalium berpindah dari ekstra ke intraseluler. Bic nat diberikan sebanyak 40 sampai 150 mEq NaHCO3 iv selama 30 menit atau sebagai bolus iv pada kedaruratan
  • Insulin menyebabkan perpindahan kalium dari cairan ekstraseluler ke intraseluler. 5 sampai 10 unit regular insulin sebaiknya diberikan dengan 1 ampul glukosa 50% iv selama 5 menit
  • Dialisis mungkin dibutuhkan pada kasus hiperkalemia berat dan refrakter
  • Pembatasan kalium diindikasikan pada stadium lanjut gagal ginjal (GFR < 15 ml/menit)
  1. III. TRANSFUSI
Respon tubuh terhadap perdarahan tergantung pada volume, kecepatan, dan lama perdarahan. Keadaan pasien sebelum perdarahan akan berpengaruh pada respon yang diberikan.
Pada orang dewasa sehat, perdarahan 10% jumlah volume darah tidak menyebabkan perubahan tanda-tanda fisiknya. Frekuensi nadi, tekanan darah, sirkulasi perifer dan tekanan vena sentral tidak berubah. Reseptor dalam jantung akan mendeteksi penurunan volume ini dan menyebabkan pusat vasomotor menstimulasi sistem saraf simpatik yang selanjutnya menyebabkan vasokonstriksi.
Penurunan tekanan darah pada ujung arteri kapiler menyebabkan perpindahan cairan ke dalam ruang interstitial berkurang. Penurunan perfusi ginjal menyebabkan retensi air dan ion Na+. Hal ini menyebabkan volume darah kembali normal dalam 12 jam. Kadar protein plasma cepat menjadi normal dalam waktu 2 minggu, kemudan akan terjadi hemopoesis ekstra yang menghasilkan eritrosit. Proses kompensasi ini sangat efektif sampai perdarahan sebanyak 30%.
Pada perdarahan yang terjadi di bawah 50% atau hematokrit masih di atas 20%, darah yang hilang masih dapat diganti dengan cairan koloid atau kombinasi koloid dengan kristaloid yang komposisinya sama dengan darah yaitu Ringer Laktat. Namun bila kehilangan darah > 50%, biasanya diperlukan transfusi.
Untuk mengganti darah yang hilang dapat digunakan rumus dasar transfusi darah, yaitu:
V = (Hb target – Hb inisial) x 80% x BB
Kadar Hb donor
  1. 1. Transfusi sel darah merah
Indikasi transfusi sel darah merah
  • Kehilangan darah yang akut
Jika darah hilang karena trauma atau pembedahan, maka baik penggantian sel darah merah maupun volume darah dibutuhkan. Jika lebih dari separuh volume darah hlang, maka darah lengkap harus diberikan; jika kurang dari separuh, maka konsentrat sel darah merah atau plasma expander yang diberikan.
  • Transfusi darah prabedah
  • Anema defisiensi besi
Penderita defisiensi besi tidak dapat ditransfusikan, kecuali memang dibutuhkan untuk pembedahan segera atau yang gagal berespon terhadap pengobatan pada dosis terapeutik penuh besi per oral.
  • Anemia yang berkaitan dengan kelainan menahun
  • Gagal ginjal
Anemia berat yang berkaitan dengan gagal ginjal seharusnya diobati dengan transfusi sel darah merah maupun dengan eritropoetin manusia rekombinan.
  • Gagal sumsum tulang
Penderita gagal sumsum tulang karena leukimia, pengobatan sitotoksik, atau infiltrasi keganasan akan membutuhkan bukan saja sel darah merah, namun juga komponen darah yang lain.
  • Penderita yang tergantung trasnfusi
Penderita sindrom talasemia berat, anemia aplastik, dan anemia sideroblastik membutuhkan transfusi secara teratur setiap empat sampai enam minggu, sehingga mereka mampu menjalani kehidupan yang normal.
  • Penderita sel bulan sabit
Beberapa penderita penyakit ini membutuhkan trasnfusi secara teratur, terutama setelah stoke, karena “sindrom dada” berulang yang mengancam jiwa, dan selama kehamilan.
  • Penyakit hemolitik neonatus
Penyakit hemolitik neonatus juga dapat menjadi indikasi untuk transfusi pengganti, jika neonatus mengalami hiperbilirubinemia berat atau anemia.
Berbagai komponen sel darah merah
Komponen
Kemasan vol sel darah
Volume yang diberikan
Indikasi utama
Darah lengkap
0,35 – 0,45
510 ml
Kehilangan darah masif akut
Darah segar
0,35 – 0,45
510 ml
Tidak dapat dibuktikan
Konsentrat sel darah merah
0,55 – 0,75
Sekitar 200 ml
Kehilangan darah menahun atau anemia
Darah yang disaring
bervariasi
bervariasi
Reaksi transfusi non-hemolitik dan pencegahan imunisasi HLA sebelum pencangkokan
Sel darah merah yang dicuci
bervariasi
bervariasi
Reaksi transfusi non-hemolitik terhadap protein plasma
Sel darah merah beku, dicairkan & dicuci
bervariasi
bervariasi, tetapi biasanya <200ml
Penderita dengan antibodi langka
Kriteria transfusi dengan RBC konsentrat
  • Hb < 8 g%
  • Hb 8–10 g%, normovolemia disertai tanda gangguan miokardial, serebral, respirasi
  • Perdarahan hebat > 10 ml/kg pada 1 jam pertama atau 5 ml/kg pada 3 jam pertama
Masalah yang berkaitan dengan transfusi sel darah merah
  1. Masalah mendesak
  • Beban sirkulasi teradi jika darah ditransfusikan terlalu cepat sehingga redistribusi cairan pengganti cepat terjadi, atau jika terjadi gangguan fungsi jantung. Tekanan vena sentral meningkat, dan pada kasus berat terjadi gagal ventrikel kiri
  • Kebocoran kalium ke luar sel darah merah selama penyimpanan. Hiperkalemia ini dieksaserbasikan karena penyimpanan darah terlalu lama pada suhu kamar
  • Transfusi masif dapat menyebabkan hipotermia, toksisitas sitrat, beban asam, dan penyusutan trombosit serta faktor koagulasi
  • Reaksi hemolitik dapat menyebabkan demam, takikardi, kesulitan tidur, nyeri selangkang, rigor, muntah, diare, nyeri kepala, hipotensi, syok, dan akhirnya gagal ginjal akut serta perdarahan akibat DIC
  • Raksi non-hemolitik dapat menyebabkan urtikaria, demam dan reaksi anafilaktik berat, walaupun jarang terjadi
  1. Masalah jangka menengah
  • Flebitis lokal dapat terjadi jika kanula plastik ditinggalkan pada tempat yang sama terlalu lama. Kadang-kadang terjadi infeksi oleh stafilokokus atau corinebacterium
  • Hipertensi dan/atau sindrom kejang kadang-kadang ditemukan pada penderita sel sabit dan b thalasemia mayor yang menerima transfusi teratur
  • Infeksi dapat ditularkan melalui transfusi
  1. Masalah jangka panjang
Beban besi. Setiap unit darah mengandung 250 mg besi yang tak dapat diekskresikan tubuh. Transfusi teratur yang sering dapat menyebabkan tertimbunnya besi dalam tubuh sehingga terjadi pigmentasi, hambatan pertumbuhan pada orang muda, sirosis hepatik, diabetes, hipoparatiroid, gagal jantung, aritmia, dan akhirnya kematian. Pengobatan dengan khelasi besi harus dipertimbangkan pada penderita ini sebelum terjadi kerusakan organ yang serius.
  1. Transfusi Trombosit dan Granulosit
Transfusi trombosit dan granulosit diperlukan bagi penderita trombositopenia yang mengancam jiwa dan netropenia yang disebabkan karena kegagalan sumsum tulang. Keadaan ini mungkin akibat langsung dari penyakit penderita, misalnya leukimia akut, anemia aplastika, atau transplantasi sumsum tulang.
Indikasi transfusi trombosit
  • Gagal sumsum tulang yangdisebabkan oleh penyakit atau pengobatan mielotoksik
  • Kelainan fungsi trombosit
  • Trombositopenia akibat pengenceran
  • Pintas kardiopulmoner
  • Purpura trombositopenia autoimun
Efek merugikan pada transfusi trombosit
Efek merugikan pada transfusi trombosit adalah timbulnya kerefrakteran trombosit, aloimunisasi, penularan penyakit dan kadang-kadang graft versus host disease.
Indikasi transfusi granulosit
  • Neutropenia persisten dan infeksi berat – Jika dihitung neutrofil terus-menerus kurang dari 0,2 x 109/L dan terdapat bukti jelas infeksi bakteri atau jamur yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan menggunakan antibotik yang tepat dalam 48-72 jam.
  • Fungsi neutrofil abnormal dan infeksi persisten
  • Sepsis neonatus
Efek merugikan transfusi granulosit
Efek merugikan pada transfusi granulosit adalah timbulnya aloimunisasi, penularan infeksi, infiltrasi paru dan graft versus host disease.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar