Sejarah
Transfusi Darah
Prosedur transfusi darah sudah berlangsung sejak ratusan
tahun yang lalu. Ada berbagai versi yang mempersoalkan kapan prosedur transfusi
pertama kali dilakukan. Dikisahkan pertama kali percobaan transfusi darah
dilakukan pada abad 15. Pada tahun 1492, Paus Giovanni Cibo menderita sakit
parah dan berada dalam keadaan koma. Berbagai usaha penyembuhan dilakukan tapi
tidak ada yang berhasil. Kemudian, datanglah seorang dokter bernama Abraham
Meyre dan berjanji akan menyelamatkan Paus Giovanni Cibo dengan cara
mentransfusikan darah. Akhirnya, dipilihlah 3 orang anak penggembala berusia 10
tahun dan transfusi darah dilakukan. Pada saat itu transfusi dilakukan lewat
mulut, karena konsep sirkulasi dan metode akses intravena belum diketahui. Sayangnya,
ketiga anak penggembala itu meninggal beberapa saat setelah proses transfusi
tersebut sedangkan kondisi Paus tidak membaik dan akhirnya meninggal.
Pengetahuan mengenai
transfusi darah mulai berkembang sejak adanya teori sirkulasi darah oleh dokter
William Harvey pada tahun 1613. Sejak saat itu berbagai praktik transfusi darah
antar hewan mulai dicobakan. Namun pencobaan transfusi ke manusia selalu
menemui hasil yang fatal. Transfusi darah ke manusia pertama kali dilakukan
oleh dr. Jean-Baptiste Denis, dokter Raja Perancis Louis XIV, yang melakukan
transfusi darah domba ke seorang anak 15 tahun yang sedang sakit pada tahun
1667.
Pengetahuan tentang
transfusi darah semakin berkembang pada dekade awal abad ke 19, dengan
ditemukannya golongan darah. Pada tahun 1818, dr. James Blundell, dokter
kandungan dari Inggris, untuk pertama kalinya berhasil melakukan transfusi
darah antar manusia untuk pengobatan perdarahan postpartum. Dia menggunakan
darah suami pasien tersebut sebagai donor.
Pengertian Transfusi Darah
Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari
seseorang yang sehat (donor) ke orang sakit (respien). Darah yang dipindahkan
dapat berupa darah lengkap dan komponen darah.
TUJUAN TRANSFUSI DARAH
·
Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.
·
Memelihara keadaan biologis darah atau komponen – komponennya agar
tetap bermanfaat.
·
Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada
peredaran darah (stabilitas peredaran darah).
·
Meningkatkan oksigenasi jaringan.
·
Memperbaiki fungsi Hemostatis.
·
Tindakan terapi kasus tertentu.
·
Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen
·
Memperbaiki kekebalan
·
Memperbaiki masalah pembekuan.
MACAM TRANSFUSI DARAH
- Darah Lengkap/ Whole Blood (WB). Diberikan pada penderita yang mengalami perdarahan aktif yang kehilangan darah lebih dari 25 %.
2. Darah
Komponen
·
Sel Darah Merah (SDM) :
Sel
Darah Merah Pekat : Diberikan pada kasus kehilangan darah yang tidak terlalu
berat, transfusi darah pra operatif atau anemia kronik dimana volume plasmanya
normal.
Sel Darah Merah Pekat Cuci : Untuk penderita yang alergi terhadap protein plasma.Sel Darah Merah Miskin Leukosit : Untuk penderita yang tergantung pada transfusi darah.
Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci : Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah merah yang menetap.
Sel Darah Merah Diradiasi : Untuk penderita transplantasi organ atau sumsum tulang.
Sel Darah Merah Pekat Cuci : Untuk penderita yang alergi terhadap protein plasma.Sel Darah Merah Miskin Leukosit : Untuk penderita yang tergantung pada transfusi darah.
Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci : Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah merah yang menetap.
Sel Darah Merah Diradiasi : Untuk penderita transplantasi organ atau sumsum tulang.
- LEUKOSIT/ GRANULOSIT KONSENTRAT : Diberikan pada penderita yang jumlah leukositnya turun berat, infeksi yang tidak membaik/ berat yang tidak sembuh dengan pemberian Antibiotik, kualitas Leukosit menurun.
- TROMBOSIT : Diberikan pada penderita yang mengalami gangguan jumlah atau fungsi trombosit.
- PLASMA dan PRODUKSI PLASMA : Untuk mengganti faktor pembekuan, penggantian cairan yang hilang. Contoh : Plasma Segar Beku untuk prnderita Hemofili.Krio Presipitat untuk penderita Hemofili dan Von Willebrand
Seseorang yang membutuhkan sejumlah besar darah dalam waktu yang
segera (misalnya karena perdarahan hebat), bisa menerima darah lengkap untuk
membantu memperbaiki volume cairan dan sirkulasinya.
Darah lengkap juga bisa diberikan jika komponen darah yang diperlukan tidak dapat diberikan secara terpisah.
Komponen darah yang paling sering ditransfusikan adalah packed red blood cells (PRC), yang bisa memperbaiki kapasitas pengangkut oksigen dalam darah. Komponen ini bisa diberikan kepada seseorang yang mengalami perdarahan atau penderita anemia berat. Yang jauh lebih mahal daripada PRC adalah frozen-thawed red blood cells, yang biasanya dicadangkan untuk transfusi golongan darah yang jarang. Beberapa orang yang membutuhkan darah mengalami alergi terhadap darah donor. Jika obat tidak dapat mencegah reaksi alergi ini, maka harus diberikan sel darah merah yang sudah dicuci. Jumlah trombosit yang terlalu sedikit (trombositopenia) bisa menyebabkan perdarahan spontan dan hebat. Transfusi trombosit bisa memperbaiki kemampuan pembekuan darah. Faktor pembekuan darah adalah protein plasma yang secara normal bekerja dengan trombosit untuk membantu membekunya darah. Tanpa pembekuan, perdarahan karena suatu cedera tidak akan berhenti. Faktor pembekuan darah yang pekat bisa diberikan kepada penderita kelainan perdarahan bawaan, seperti hemofilia atau penyakit von Willebrand. Plasma juga merupakan sumber dari faktro pembekuan darah. Plasma segar yang dibekukan digunakan pada kelainan perdarahan, dimana tidak diketahui faktor pembekuan mana yang hilang atau jika tidak dapat diberikan faktor pembekuan darah yang pekat. Plasma segar yang dibekukan juga digunakan pada perdarahan yang disebabkan oleh pembentukan protein faktor pembekuan yang tidak memadai, yang merupakan akibat dari kegagalan hati. Meskipun jarang, sel darah putih ditransfusikan untuk mengobati infeksi yang mengancam nyawa penderita yang jumlah sel darah putihnya sangat berkurang atau penderita yang sel darah putihnya tidak berfungsi secara normal. Pada keadaan ini biasanya digunakan antibiotik. Antibodi (imunoglobulin), yang merupakan komponen darah untuk melawan penyakit, juga kadang diberikan untuk membangun kekebalan pada orang-orang yang telah terpapar oleh penyakit infeksi (misalnya cacar air atau hepatitis) atau pada orang yang kadar antibodinya rendah.
Darah lengkap juga bisa diberikan jika komponen darah yang diperlukan tidak dapat diberikan secara terpisah.
Komponen darah yang paling sering ditransfusikan adalah packed red blood cells (PRC), yang bisa memperbaiki kapasitas pengangkut oksigen dalam darah. Komponen ini bisa diberikan kepada seseorang yang mengalami perdarahan atau penderita anemia berat. Yang jauh lebih mahal daripada PRC adalah frozen-thawed red blood cells, yang biasanya dicadangkan untuk transfusi golongan darah yang jarang. Beberapa orang yang membutuhkan darah mengalami alergi terhadap darah donor. Jika obat tidak dapat mencegah reaksi alergi ini, maka harus diberikan sel darah merah yang sudah dicuci. Jumlah trombosit yang terlalu sedikit (trombositopenia) bisa menyebabkan perdarahan spontan dan hebat. Transfusi trombosit bisa memperbaiki kemampuan pembekuan darah. Faktor pembekuan darah adalah protein plasma yang secara normal bekerja dengan trombosit untuk membantu membekunya darah. Tanpa pembekuan, perdarahan karena suatu cedera tidak akan berhenti. Faktor pembekuan darah yang pekat bisa diberikan kepada penderita kelainan perdarahan bawaan, seperti hemofilia atau penyakit von Willebrand. Plasma juga merupakan sumber dari faktro pembekuan darah. Plasma segar yang dibekukan digunakan pada kelainan perdarahan, dimana tidak diketahui faktor pembekuan mana yang hilang atau jika tidak dapat diberikan faktor pembekuan darah yang pekat. Plasma segar yang dibekukan juga digunakan pada perdarahan yang disebabkan oleh pembentukan protein faktor pembekuan yang tidak memadai, yang merupakan akibat dari kegagalan hati. Meskipun jarang, sel darah putih ditransfusikan untuk mengobati infeksi yang mengancam nyawa penderita yang jumlah sel darah putihnya sangat berkurang atau penderita yang sel darah putihnya tidak berfungsi secara normal. Pada keadaan ini biasanya digunakan antibiotik. Antibodi (imunoglobulin), yang merupakan komponen darah untuk melawan penyakit, juga kadang diberikan untuk membangun kekebalan pada orang-orang yang telah terpapar oleh penyakit infeksi (misalnya cacar air atau hepatitis) atau pada orang yang kadar antibodinya rendah.
Macam-macam Komponen
Darah Transfusi adalah sebagai berikut
1. Whole blood
Whole blood (darah lengkap) biasanya disediakan
hanya untuk transfusi pada perdarahan masif. Whole blood biasa diberikan untuk
perdarahan akut, shock hipovolemik serta bedah mayor dengan perdarahan >
1500 ml. Whole blood akan meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dan
peningkatan volume darah. Transfusi satu unit whole blood akan meningkatkan
hemoglobin 1 g/dl
2. Packed Red Blood Cell (PRBC)
PRBC mengandung hemoglobin yang sama dengan
whole blood, bedanya adalah pada jumlah plasma, dimana PRBC lebih sedikit
mengandung plasma. Hal ini menyebabkan kadar hematokrit PRBC lebih tinggi
dibanding dengan whole blood, yaitu 70% dibandingkan 40%. PRBC biasa diberikan
pada pasien dengan perdarahan lambat, pasien anemia atau pada kelainan jantung.
Saat hendak digunakan, PRBC perlu dihangatkan terlebih dahulu hingga sama
dengan suhu tubuh (37ÂșC). bila tidak dihangatkan, akan menyulitkan terjadinya
perpindahan oksigen dari darah ke organ tubuh. Dua pertiga dari semua transfusi sel
darah merah dilakukan pada masa perioperatif dan kebanyakan diberikan
di kamar operasi. Bahkan untuk keperluan menjaga proses homeostasis pada saat
operasi kadang diperlukan transfusi trombosit dan komponen plasma. Transfusi
komponen-komponen darah ini telah terbukti dapat memperbaiki keadaan pasien,
misalnya meningkatkan oksigenasi jaringan, dan mengurangi perdarahan yang
terjadi. Itulah sebabnya sehingga pengetahuan tentang transfusi darah sangat
penting bagi seorang ahli anestesi. Transfusi darah harus dilakukan dengan
indikasi yang jelas. Karena pada saat ini komplikasi yang paling ditakutkan
akibat transfusi darah adalah penularan penyakit. Diantaranya hepatitis non-A,
non-B (HCV) sebagai komplikasi terbanyak akibat transfusi, HTLV-I (human
T-cell leukemia/virus limfoma tipe I dan CMV (sitomegalovirus) sampai
infeksi yang paling ditakuti yang disebabkan oleh human imunodefisiensi
virus (HIV). Berdasarkan sistem antigen telah dikenal lebih dari 20 golongan
darah. Untuk kepentingan klinik hanya dikenal dua sistem
penggolongan darah yaitu sistem ABO dan sistem Rh. Sebagian besar pasien
mempunyai sistem Rh+ (85%) dan sisanya (15%) sistem Rh-. Jenis golongan darah
dan kekerapannya (jenis Golongan Darah ABO) dapat diliat sebagai berikut:
Untuk
mengetahui jumlah volume darah seseorang, biasanya digunakan patokan berat
badan. Makin aktif secara fisik seseorang, makin besar pula volume darahnya
untuk setiap kilogram berat badannya. Seperti terlihat pada tabel di bawah ini:
Indikasi
transfusi darah dan komponen-konponennya adalah:
·
Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume
dengan cairan.
·
Anemia kronis jika Hb tidak dapat ditingkatkan dengan cara lain.
·
Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen.
·
Plasma loss atau hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberikan
plasma subtitute atau larutan albumin.
Dalam
pedoman WHO (Sibinga, 1995) disebutkan :
1.
Transfusi tidak boleh diberikan tanpa indikasi kuat.
2.
Transfusi hanya diberikan berupa komponen darah pengganti yang hilang/kurang.
Berdasarkan
pada tujuan di atas, maka saat ini transfusi darah cenderung memakai komponen
darah disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya kebutuhan akan sel darah merah,
granulosit, trombosit, dan plasma darah yang mengandung protein dan
faktor-faktor pembekuan. Diperlukan pedoman dalam pemberian komponen-komponen
darah untuk pasien yang memerlukannya, sehingga efek samping transfusi dapat
diturunkan seminimal mungkin.
Lansteiner, perintis transfusi mengatakan : “Transfusi darah
tidak boleh diberikan,kecuali manfaatnya melebihi resikonya”. Pada anemia,
transfusi baru layak diberikan jika pasien menunjukkan tanda “Oxigen Need”
yaitu rasa sesak, mata berkunang, berdebar (palpitasi), pusing, gelisah atau Hb
<6 gr/dl.
Pemberian
sel darah merah, sering digunakan apabila kadar Hb kurang dari 6
gr%, dan hampir tidak diperlukan bila Hb lebih dari 10 gr% dan kalau kadar Hb
antara 6-10gr%, maka transfusi sel darah merah atas indikasi keadaan oksigenasi
pasien. Perlu diingat bahwa kadar Hb bukanlah satu-satunya parameter, tetapi
harus diperhatikan pula faktor-faktor fisiologi dan resiko pembedahan yang
mempengaruhi oksigenasi pasien tersebut. Kehilangan sampai 30% EBV umumnya
dapat diatasi dengan cairan elektrolit saja. Kehilangan lebih daripada itu, setelah
diberi cairan elektrolit perlu dilanjutkan dengan transfusi jika Hb<8 gr/dl.
Pemberian
satu unit PRC akan meningkatkan hematokrit 3-7%. Indikasinya adalah:
·
Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml.
·
Hemoglobin <8 gr/dl.
·
Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya
empisema, atau penyakit jantung iskemik)
·
Hemoglobin <10 gr/dl dengan darah autolog.
·
Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator.
Dapat
disebutkan bahwa :
Hb sekitar
5 adalah CRITICAL
Hb sekitar
8 adalah TOLERABLE
Hb sekitar
10 adalah OPTIMAL
Transfusi
mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah mencapai batas
TOLERABLE atau OPTIMAL.
3. Plasma Beku Segar (Fresh Frozen Plasma)
Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua
protein plasma (faktor pembekuan), terutama faktor V dan VII. FFP biasa
diberikan setelah transfusi darah masif, setelah terapi warfarin dan
koagulopati pada penyakit hati. Setiap unit FFP biasanya dapat menaikan
masing-masing kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa. Sama
dengan PRBC, saat hendak diberikan pada pasien perlu dihangatkan terlebih
dahulu sesuai suhu tubuh.
4. Trombosit
Transfusi trombosit diindikasikan pada pasien
dengan trombositopenia berat (<20.000 sel/mm3) disertai gejala klinis
perdarahan. Akan tetapi, bila tidak dijumpai gejala klinis perdarahan,
transfusi trombosit tidak diperlukan. Satu unit trombosit dapat meningkatkan
7000-10.000 trombosit/mm3 setelah 1 jam transfusi pada pasien dengan berat
badan 70 kg. banyak faktor yang berperan dalam keberhasilan transfusi trombosit
diantaranya splenomegali, sensitisasi sebelumnya, demam, dan perdarahan aktif.
5. Kriopresipitat
Kriopresipitat mengandung faktor VIII dan
fibrinogen dalam jumlah banyak. Kriopresipitat diindikasikan pada pasien dengan
penyakit hemofilia (kekurangan faktor VIII) dan juga pada pasien dengan
defisiensi fibrinogen.
Komplikasi Transfusi Darah dan Penanganannya
Reaksi hemolitik
Reaksi yang terjadi biasanya adalah penghancuran
sel darah merah donor oleh antibodi resipien dan biasanya terjadi karena
ketidakcocokan golongan darah ABO yang dapat disebabkan oleh kesalahan
mengidentifikasikan pasien, jenis darah atau unit transfusi. Pada orang sadar,
gejala yang dialami berupa menggigil, demam, nyeri dada dan mual. Pada orang
dalam keadaan tidak sadar atau terbius, gejala berupa peningkatan suhu tubuh,
jantung berdebar-debar, tekanan darah rendah dan hemoglobinuria. Berat
ringannya gejala tersebut tergantung dari seberapa banyak darah yang tidak
cocok ditransfusikan.
Reaksi non hemolitik
Reaksi ini terjadi karena sensitisasi resipien
terhadap sel darah putih, trombosit atau protein plasma dari donor. Gejalanya
antara lain demam, urtikaria yang ditandai dengan kemerahan, bintik-bintik
merah dan gatal tanpa demam, reaksi anafilaksis, edema paru, hiperkalemia dan
asidosis.
Infeksi
Resiko penularan penyakit infeksi melalui
transfusi darah bergantung pada berbagai hal antara lain; angka kejadian
penyakit di masyarakat, keefektifan skrining yang dilakukan, kekebalan tubuh
resipien dan jumlah donor tiap unit darah. Beberapa infeksi yang biasa terjadi
adalah virus hepatitis, HIV, Citomegalovirus, bakteri stafilokokus, yesteria
dan parasit malaria.
Penanggulangan
komplikasi transfusi :
1. Stop transfusi
2. Naikan tekanan darah dengan cairan infus, jika
perlu tambahkan obat-obatan.
3. Berikan oksigen 100%
4. Pemberian obat-obatan diuretik manitol atau
furosemid
5. Obat-obatan antihistamin
6. Obat-obatan steroid dosis tinggi
7. Periksa analisa gas dan pH darah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar