Sabtu, 10 Desember 2011

POPULASI, SAMPEL DAN SAMPLING


POPULASI, SAMPEL DAN SAMPLING

Suatu penelitian selalu berhadapan dengan objek yang diteliti atau dikehendaki. Objek penelitian ini bisa berupa manusia, hewan, tumbuhan, barang-barang, peristiwa dan gejala yang terjadi di dalam masyarakat. Pada penelitian keperawatan objek penelitian hampir selalu menggunakan “manusia”. Dalam uraian mengenai teknik sampling akan dibahas mengenai : 1) populasi, 2) sampel dan 3) sampling.

1.    Populasi (Universe)
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Variabel tersebut bisa berupa orang, kejadian, perilaku atau sesuatu lain yang  akan dilakukan penelitian. Contoh : semua pasien laki-laki yang akan menjalani operasi jantung di RSU A. Wahab Sjahranie Samarinda.
Populasi dapat juga diartikan sebagai populasi target, yaitu suatu populasi yang memenuhi sampling kriteria dan menjadi akhir penelitian. Menurut Sastro Asmoro & Ismail (1995) populasi target bersifat umum, pada penelitian klinis dibatasi oleh karakteristik demografis. Misalnya jenis kelamin, usia, kelompok pasien dengan masalah gangguan integritas kulit dan kelompok pasien dengan resiko aspirasi pasca pembedahan.

2.    Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang dipilih dengan “sampling” tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi dengan kata lain sampel adalah sebagian yang diambil  dari keseluruhan objek yang diteliti sehingga dianggap mewakili seluruh objek yang diteliti (populasi). Dalam mengambil sampel penelitian digunakan cara  atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebur sedapat mungkin mewaikli populasinya, teknik ini biasanya disebut “Teknik Sampling”. Di dalam penelitian survei teknik sampling ini sangat penting dan perlu diperhitungkan masak-masak. Sebab teknik sampling yang tidak baik akan mempengaruhi validitas hasil penelitian tersebut. Dalam penelitian pada umumnya tidak menggunakan seluruh objek sebagai objek penelitian. Misalnya kelompok pasien dengan masalah gangguan integritas kulit, akan meneliti faktor yan menyebabkan gangguan integritas kulit (dekubitus) selama dirawat. Objek tidak semua pasien dengan gangguan integritas kulit, misalnya pasien dengan dekubitus pasca operasi trepanasi yang tidak sadar.

Kegunaan Sampel
Di dalam penelitian ilmiah, banyak masalah yang tidak dapat dipecahkan tanpa memanfaatkan teknik sampling. Penelitian kesehatan/keperawatan meliputi bidang yang sanat luas, yang terdiri dari berbagai sub bidang. Apabila dilakukan penelitian tidak hanya dapat dilakukan  terhadap unit atau sub bidang tertentu saja. Oleh sebab itu agar dapat dilakukan penelitian terhadap semua sub bidang dann dengan biaya yang murah, peneliti harus dapat melakukan sampling terhadap  objek yang ditelitinya. Kegunaan sampel dalam penelitian yaitu :
Menghemat biaya
Proses penelitian memerlukan alat penelitian, pengumpulan data, pengolahan data dan sebagainyanya dimana semua itu memerlukan  biaya. Apabila penelitian itu dilakukan terhadap seluruh objek yang diteliti sudah barang tentu memerlukan lebih banyak biaya. Oleh sebab itu dengan sampling, dalam arti penelitian hanya dilakukan terhadap sebagian populasi, biaya tersebut dapat ditekan.
Mempercepat pelaksanaan penelitian
Penelitian yang dilakukan terhadap objek yang banyak (seluruh populasi) jelas akan memakan waktu yang lama, bila dibandingkan dengan hanya  sebagian  populasi saja (sampel). Oleh sebab itu jelas bahwa penelitian yang hanya dilakukan terhadap sampel akan lebih cepat.
Menghemat tenaga
Pelaksanaan penelitian yang dilakukan terhadap seluruh populasi jelas akan memerlukan tenaga yang lebih banyak bila dibandingkan dengan penelitian yang hanya  dilakukan pada sebagian populasi (sampel).
Memperkecil ruang lingkup penelitian
Pelaksanaan penelitian yang dilakukan terhadap seluruh objek akan memakan waktu, tenaga, biaya dan fasulitas-fasilitas lain yang lebih besar. Apabila penelitian dilakukan terhadap sampel, maka dengan waktu, tenaga dan biaya yang sama  dapat dilakukan penelitian yang lebih luas ruang lingkupnya.
Memperoleh  hasil yang lebih akurat.
Penelitian yang dilakukan terhadap populasi  jelas akan menyita sumber daya yang lebih besar, termasuh usaha-usaha analisis. Hal ini akan berpengaruh terhadap keakuratan hasil penelitian. Dengan mempergunakan sampel, maka dengan usaha yang sama akan diperoleh hasil analisis yang lebih akurat.

Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam menentukan Sampel Penelitian

Untuk keberhasilan suatu penelitian perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang dapat berpengaruh  terhadap pengambilan sampel. Faktor-faktor tersebut antara lain :
Membatasi jumlah populasi
Suatu populasi menunjukkan pada sekelompok  subjek yang menjadi objek atau sasaran penelitian. Sasaran penelitian ini dapat dalam bentuk manusia, benda, geografis, penyakit, penyebab penyakit, wilayah, program-program kesehatan dan lainnya. Apabila tidak dilakukan pembatasan terhadap populasi, maka kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian  tidak menggambarkan atau mewakili seluruh populasi. Tanpa pembatasan   dengan jelas anggota populasi, kita tidak memperoleh sampel yang representatif. Oleh sebab itu dalam penelitian apapun populasi tersebut harus dibatasi, misalnya satu wilayah kelurahan, kecamatan atau kabupaten, kelompok umur tertentu.

Mendaftar seluruh unit yang menjadi anggota populasi
Seluruh unit yang menjadi anggota populasi dicatat secara jelas, sehingga dapat diketahui unit-unit yang termasuk pada populasi. Misalnya penelitian tentang status gizi anak balita di kelurahan X, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel terlebih dahulu  dilakukan pencatatan seluruh anak di bawah lima tahun yang berdomisili di kelurahan X tersebut. Untuk melakukan ini dengan sendirinya peneliti terlebih dahulu harus membuat batasan tentang anak balita tersebut atau batasan populainya.
Menentukan sampel yang akan dipilih
Dari daftar anggota populasidipilih sebagai sampel,  besarnya atau banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel memerlukan perhitungan tersendiri. Besar/kecilnya suatu sampel bukan ukuran semata untuk menentukan apakah sampel tersebut representatif atau tidak, hal ini akan tergantung pada karakteristik populasi, misalnya homogen atau hiterogen dan sebagainya.
Menentukan teknik sampel
Teknik pengambilan sampel ini sangat penting karena bila salah  maka hasilnya pun akan jauh dari kebenaran.

Syarat-syarat Sampel
Sampel harus representatif
Untuk meneuhi hasil/kesimpulan pelitian yang diperoleh bisa menggambarkan keadaan populasi objek penelitian, maka sampel  yang diambil harus mewakili populasi yang ada.  Untuk itu dalam sampling harus direncanakan dan asal mengambil. Misalnya, Kita ingin meneliti hubungan antara pengetahuan pasien dan diet pada pasien diabetus. Dasar pendidikan pasien ada yang tidak sekolah, tidak lulus SD, SMP, SMU, Akademi/Perguruan Tinggi dan masih ada yang lain lagi. Kesemua tingkat pendidikan tersebut harus terdapat dalam sampel. Istilah terwakili dalam sampel penelitian, kalau semua tinglat pendidikan pasien yang ada dalam populasi telah terwakili

Sampel harus cukup banyak 
”The more sample, the representativeness the result of the research will be”. Meskipun keseluruhan lapisan populasi telah terwakili, kalau jumlahnya kurang meneuhi, maka kesimpulan hasil penelitian kurang atau bahkan tidak bisa memberikan gambaran tentang populasi. Sebenarnya tidak ada pedoman umum yang digunakan untuk menentukan besarnya sampel untuk suatu penelitian. Besar kecilnya jumlah sampel sangat dipengaruhi oleh macam dari penelitian itu sendiri. Polit & Hungler (1993) menyatakan bahwa semakin besar sampel yang dipergunakan semakin baik dan representatif hasil yang diperoleh. Dengan kata lain semakin besar sampel, semakin mengurangi angka kesalahan. Prinsip umum yang berlaku adalah  agar dalam penelitian digunakan jumlah sampel yang sebanyak mungkin, tetapi penggunaan sampel sebesar 10-20 % untuk data sejumlah 1000 ke atas kiranya sudah dipandang cukup, Makin kecil jumlah sampel, presentasi harus semakin besar.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi dari Sampel

Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus sebagai pedoman di dalam menentukan kriteria inklusi. Misalnya kita meneliti tentang manfaat senam hamil terhadap percepatan pembukaan kala I, maka yang perlu sebagai bahan pertimbangan dalam kriteria inklusi adalah paritas dan umur, karena kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi hasil dari intervensi yang dilakukan.
Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan /mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab, antara lain :
(1)     Terdapat suatu kedaan atau penyakit yang mengganggu pengukuran maupun interpretasi hasil. Misalnya dalam suatu studi kasus kontrol yang mencari hubungan suatu faktor resiko dengan kejadian penyembuhan luka pada pasca operasi laparatomi, maka subjek dengan kelainan immunologis tidak boleh diikut sertakan dalam kelompok kasus.
(2)     Terdapat keadaan yang menganggu pelaksanaan, seperti subjek yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap sehingga sulit ditindaklanjuti.
(3)     Hambatan etis
(4)     Subjek menolak berpartisipasi.

3.      Sampling
Sampling artinya cara/metode pengambilan sampel. Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari polpulasi untuk dapat mewakili populasi. Sampel terdiri dari beberapa porsi yang membentuk suatu populasi. Tekhnik sampling suatu cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian. Pada garis besarnya  ada 2 jenis sampel, yaitu sampel-sampel probabilitas (Probability samples) atau sering disebut random sample (sampel acak) dan sampel-sampel non probabilitas (Non probability sample).
            Random Sampling (Probability Samples)
Prinsip utama dari probability sampling  adalah bahwa setiap subjek dalam populasi mempunyai suatu kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel lebih dari 0. Setiap populasi yang mungkin berbeda satu dengan lainnya tetapi menyediakan populasi parameter, mempunyai kesempatan menjadi sampel yang representatif. Dengan menggunakan random sampling, peneliti tidak bisa memutuskan bahwa X lebih baik dari pada Y untuk penelitian. Teknik random sampling hanya boleh digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi bersifat homogen. 
 Pengambilan sampel secara acak sederhana (Simple Random Sampling)
Simple random sampling adalah bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel secara acak sederhana ini dibedakan menjadi :
(1)   Dengan mengundi anggota populasi (lottery techneque) atau teknik undian.
(2)   Dengan menggunakan tabel bilangan atau angka acak (random number).

                   Pengambilan sampel secara acak sistematis ( Systematic Sampling)
Teknik ini merupakan modifikasi dari sampel random sampling. Caranya adalah  membagi jumlah atau anggota populasi  dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan, misalnya hasil  sebagai interval adalah X, maka yang terkena sampel adalah setiap kelipatan X tersebut.


Pengambilan sampel secara acak statifikasi (Stratified Sampling atau Stratified Random Sampling)
                    
Stratified Random Sampling adalah suatu tekhnik yang digunakan dalam pemelihan sampel dimana peneliti mengetahui beberapa variabel pada populasi yang merupakan hal yang penting untuk mencapai sampel yang representatif. Apabila suatu populasi terdiri dari unit yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen, maka teknik pengambilan sampel yang tepat digunakan stratified sampling. Hal ini dilakukan dengan cara  mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi, kemudian menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristik unit-unit tersebut. Penentukan strata ini dapat didasarkan bermacam-macam, misalnya tingkat sosial ekonomi pasien, tingkat keparahan penyakit, umur penderita, dsb. Setelah ditentukan stratanya barulah dari masing-masing strata ini diambil sampel yang mewakili strata tersebut secara random atau acak.
Contoh jika kita merencanakan  ada 100 sampel, peneliti mengelompokkan 25 subjek di bawah umur 20 th ada 25 responden; 20-30 tahun 25 responden; 40-59 tahun 25 responden , dan 25 responden lagi pada kelompok umur > 60 tahun. Pada sampling ini harus diyakini  bahwa semua variabel yang diidenfikasi akan secara representatif mewakili populasi.

                   Pengambilan sampel secara kelompok atau gugus (Cluster Sampling)
Pada teknik ini sampel bukan terdiri dari unit individu, tetapi  terdiri dari kelompok atau gugusan. Gugusan atau kelompok yang diambil sebagai sampel ini terdiri dari unit geografis (desa, kecamatan, kabupaten, dsb), unit organisasi, misalnya klinik, PKK. LKMD, dll.
Digunakan dalam dua situasi :
·         Jika random sampling tidak memungkinkan karena beberapa alasan (jarak. biaya, dll)
·         Peneliti tidak mengetahui alamat dari populasi secara pasti dan tidak memungkinkan menyusun sampling frame. Misalnya tidak ada daftar nama-nama pasien yang telah menljalani operasi jantung di Samarinda.

 Systematic Sampling
Dapat dilaksanakan jika tersedia daftar responden yang dibutuhkan, jika jumlahnya populasi adalah 1200 orang dan sample yang dibutuhkan (terpilih) 50 orang, maka setiap 24 orang akan menjadi sampel (1200 : 50)=24.

Non Random (Non Probability Sampling)
Pengambilan sampel bukan secara acak atau random adalah  pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-segi kepraktisan belaka. Metode ini mencakup beberapa teknik antara lain :

Accidental Sampling (Convinience Sampling)
Pengambilan sampel secara aksidental (accidental) ini dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia. Bedanya dengan porpisive sampling adalah, kalau sampel yang diambil secara porpusive berarti dengan sengaja mengambil atau memilih kasus atau responden. Sedangkan sampel yang diambil secara aksedental berarti sampel diambil dari responden atau kasus yang kebetulan ada.
Quota Sampling (Judment Sampling)
Pengambilan sampling secara quota dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah. Teknik ini dilakukan dengan cara : pertama menetapkan berapa besar jumlah sampel yang diperlukan atau menetapkan quotum (jatah). Kemudian jatah atau quotum itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan. Anggota populasi manapun yang akan diambil tidak menjadi soal, yang penting jumlah quotum yang sudah ditetapkan dapat dipenuhi.
Porposive Sampling
Pengambilan sampel secara porposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.Teknik ini sangat cocok untuk mengadakan studi kasus (case  study), dimana banyak aspek dari kasus tunggal yang  representatif untuk diamati dan dianalisis.

4.  Penentuan Besar Sampel (Sample Size)
Menetapkan besarnya atau jumlah sampel suatu penelitian tergantung pada  :
-          Adanya sumber-sumber yang dapat digunakan untuk menentukan batas maksimal dari besarnya sampel.
-          Kebutuhan dari rencana analisis yang menentukan batas minimal dari besarnya sampel. Misalnya jumlah pewawancara  atau pengumpul data, keterbatasan sumber daya pendukung yang lain sehingga menuntut hanya jumlah sampel yang kecil saja.
Dipihak lain agar memungkinkan hasil penelitian dapat dipercaya dari analisis tabel silang, serta memberikan ketepatan tertentu dari perkkiraan proporsi yang diinginkan dan melakukan uji kemaknaan perbedaan-perbedaan proporsi tersebut diperlukan jumlah sampel yang cukup besar.
Untuk menghitung minimum besarnya  sampel yang dibutuhkan bagi ketepatan (accuracy) dalam membuat perkiraan atau estimasi proporsi-proporsi, kita perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan antara lain :
a.       Berapa angka perkiraan yang masuk akal dari proporsi-proporsi yang akan diukur dalam penelitian itu. Misalnya kita akan meneliti prevalensi penyakit jantung koroner, kita harus memperkirakan berapa angka prevalensi yang akan kita peroleh di dalam populasi, apabila kita tidak dapat memperkirakan hal itu, yang paling aman kita perkirakan angka tersebut adalag 0,50 (50%). Dengan angka ini akan diperoleh variance yang maksimal sehingga sampel yang dipilih cukup mewakili.
b.      Berapa tingkat kepercayaan yang diinginkan dalam penelitian tersebut, atau berapa jauh penyimpangan estimasi sampel dari proporsi sebenarnya dalam keseluruhan populasi. Apabila kita menginginkan derajat ketepatan yang tinggi maka diambil angka 0,01 maka jumlah sampel akan lebih besar dari pada kita memilih derajat ketepatan 0,05
c.       Berapa derajat kepercayaan (confidence level) yang akan digunakan, agar estimasi sampel akurat. Pada umumnya digunakan 91 % atau 95 % derajat kemaknaan.
d.      Berapa jumlah populasi yang harus diwaikili oleh sampel tersebut?
Apabila besar populasi itu > 10.000, maka ketepatan besarnya sampel tidak begitu penting. Tetapi bila populasi itu < 10.000, kertepatan atau besarnya sampel perlu diperhitungkan.

Beberapa hal yang perlu diperhaikan dalam menentukan sampel antara lain :
1.      Sampel yang lebih besar akan memberikan hasil yang lebih akurat, tetapi memerlukan lebih banyak waktu, enaga, biaya an faslitas-fasilitas lain.
2.      Pengambilan sampel secara acak memberikan data kuantitatif yang lebih representatif dan populasi yang lebih besar dari pada pengambilan sampel yang non random. Tetapi sampel yang non random dapat digunakan untuk memaksimalkan data kualtatif dari sampel yang relatif kecil.
3.      Besar/kecilnya sampel bukan satu-satunya ukuran untuk menentukan representatif atau tidak representatifnya terhadap populasi. Hal ini tergantung pula pada sifat-sifat populasi yang diwakili.

Untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000, dapat menggunakan formula yang lebih sederhana dengan rumus :


 




Keterangan :
N    =          Besar populasi
n     =          Besar sampel
d     =          Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan






 


 




d = Z x                x
Keterangan :
d     = Penyimpangan terhadap populasi atau erajat ketepatan yang dininkan biasanya 0,05 atau 0,001
Z     = Standar deviasi normal, dimana ditentukan pada 1,95 atau 2,0 yang sesuai dengan derajat kemaknaan 95 %
p      = Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi, Apabila tidak diketahui proporsi atau sifat tertentu tersebut, maka p = 0,05
q     = 1,0 – p
N    = Besar populasi
n     = Besar sampel

1 komentar: