POPULASI, SAMPEL DAN
SAMPLING
Suatu penelitian selalu berhadapan
dengan objek yang diteliti atau dikehendaki. Objek penelitian ini bisa berupa
manusia, hewan, tumbuhan, barang-barang, peristiwa dan gejala yang terjadi di
dalam masyarakat. Pada penelitian keperawatan objek penelitian hampir selalu
menggunakan “manusia”. Dalam uraian mengenai teknik sampling akan dibahas
mengenai : 1) populasi, 2) sampel dan 3) sampling.
1.
Populasi (Universe)
Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Variabel tersebut bisa
berupa orang, kejadian, perilaku atau sesuatu lain yang akan dilakukan penelitian. Contoh : semua
pasien laki-laki yang akan menjalani operasi jantung di RSU A. Wahab Sjahranie
Samarinda.
Populasi dapat juga diartikan sebagai populasi target,
yaitu suatu populasi yang memenuhi sampling kriteria dan menjadi akhir
penelitian. Menurut Sastro Asmoro & Ismail (1995) populasi target bersifat
umum, pada penelitian klinis dibatasi oleh karakteristik demografis. Misalnya
jenis kelamin, usia, kelompok pasien dengan masalah gangguan integritas kulit
dan kelompok pasien dengan resiko aspirasi pasca pembedahan.
2.
Sampel
Sampel adalah
bagian populasi yang dipilih dengan “sampling” tertentu untuk bisa memenuhi
atau mewakili populasi dengan kata lain sampel adalah sebagian yang
diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti sehingga dianggap mewakili seluruh objek yang diteliti (populasi).
Dalam mengambil sampel penelitian digunakan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel
tersebur sedapat mungkin mewaikli populasinya, teknik ini biasanya disebut “Teknik
Sampling”. Di dalam penelitian survei teknik sampling ini sangat penting dan
perlu diperhitungkan masak-masak. Sebab teknik sampling yang tidak baik akan
mempengaruhi validitas hasil penelitian tersebut. Dalam penelitian pada umumnya
tidak menggunakan seluruh objek sebagai objek penelitian. Misalnya kelompok
pasien dengan masalah gangguan integritas kulit, akan meneliti faktor yan
menyebabkan gangguan integritas kulit (dekubitus) selama dirawat. Objek tidak
semua pasien dengan gangguan integritas kulit, misalnya pasien dengan dekubitus
pasca operasi trepanasi yang tidak sadar.
Kegunaan Sampel
Di
dalam penelitian ilmiah, banyak masalah yang tidak dapat dipecahkan tanpa
memanfaatkan teknik sampling. Penelitian kesehatan/keperawatan meliputi bidang
yang sanat luas, yang terdiri dari berbagai sub bidang. Apabila dilakukan
penelitian tidak hanya dapat dilakukan
terhadap unit atau sub bidang tertentu saja. Oleh sebab itu agar dapat
dilakukan penelitian terhadap semua sub bidang dann dengan biaya yang murah,
peneliti harus dapat melakukan sampling terhadap objek yang ditelitinya. Kegunaan sampel dalam
penelitian yaitu :
Menghemat
biaya
Proses
penelitian memerlukan alat penelitian, pengumpulan data, pengolahan data dan
sebagainyanya dimana semua itu memerlukan
biaya. Apabila penelitian itu dilakukan terhadap seluruh objek yang
diteliti sudah barang tentu memerlukan lebih banyak biaya. Oleh sebab itu
dengan sampling, dalam arti penelitian hanya dilakukan terhadap sebagian
populasi, biaya tersebut dapat ditekan.
Mempercepat
pelaksanaan penelitian
Penelitian
yang dilakukan terhadap objek yang banyak (seluruh populasi) jelas akan memakan
waktu yang lama, bila dibandingkan dengan hanya
sebagian populasi saja (sampel).
Oleh sebab itu jelas bahwa penelitian yang hanya dilakukan terhadap sampel akan
lebih cepat.
Menghemat
tenaga
Pelaksanaan
penelitian yang dilakukan terhadap seluruh populasi jelas akan memerlukan
tenaga yang lebih banyak bila dibandingkan dengan penelitian yang hanya dilakukan pada sebagian populasi (sampel).
Memperkecil
ruang lingkup penelitian
Pelaksanaan
penelitian yang dilakukan terhadap seluruh objek akan memakan waktu, tenaga,
biaya dan fasulitas-fasilitas lain yang lebih besar. Apabila penelitian
dilakukan terhadap sampel, maka dengan waktu, tenaga dan biaya yang sama dapat dilakukan penelitian yang lebih luas
ruang lingkupnya.
Memperoleh hasil yang lebih akurat.
Penelitian
yang dilakukan terhadap populasi jelas
akan menyita sumber daya yang lebih besar, termasuh usaha-usaha analisis. Hal
ini akan berpengaruh terhadap keakuratan hasil penelitian. Dengan mempergunakan
sampel, maka dengan usaha yang sama akan diperoleh hasil analisis yang lebih
akurat.
Faktor
yang Perlu Dipertimbangkan dalam menentukan Sampel Penelitian
Untuk
keberhasilan suatu penelitian perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang dapat
berpengaruh terhadap pengambilan sampel.
Faktor-faktor tersebut antara lain :
Membatasi
jumlah populasi
Suatu
populasi menunjukkan pada sekelompok
subjek yang menjadi objek atau sasaran penelitian. Sasaran penelitian
ini dapat dalam bentuk manusia, benda, geografis, penyakit, penyebab penyakit,
wilayah, program-program kesehatan dan lainnya. Apabila tidak dilakukan
pembatasan terhadap populasi, maka kesimpulan yang ditarik dari hasil
penelitian tidak menggambarkan atau
mewakili seluruh populasi. Tanpa pembatasan
dengan jelas anggota populasi, kita tidak memperoleh sampel yang
representatif. Oleh sebab itu dalam penelitian apapun populasi tersebut harus
dibatasi, misalnya satu wilayah kelurahan, kecamatan atau kabupaten, kelompok
umur tertentu.
Mendaftar
seluruh unit yang menjadi anggota populasi
Seluruh
unit yang menjadi anggota populasi dicatat secara jelas, sehingga dapat
diketahui unit-unit yang termasuk pada populasi. Misalnya penelitian tentang
status gizi anak balita di kelurahan X, maka sebelum dilakukan pengambilan
sampel terlebih dahulu dilakukan
pencatatan seluruh anak di bawah lima tahun yang berdomisili di kelurahan X
tersebut. Untuk melakukan ini dengan sendirinya peneliti terlebih dahulu harus
membuat batasan tentang anak balita tersebut atau batasan populainya.
Menentukan
sampel yang akan dipilih
Dari
daftar anggota populasidipilih sebagai sampel,
besarnya atau banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel memerlukan
perhitungan tersendiri. Besar/kecilnya suatu sampel bukan ukuran semata untuk
menentukan apakah sampel tersebut representatif atau tidak, hal ini akan
tergantung pada karakteristik populasi, misalnya homogen atau hiterogen dan
sebagainya.
Menentukan
teknik sampel
Teknik
pengambilan sampel ini sangat penting karena bila salah maka hasilnya pun akan jauh dari kebenaran.
Syarat-syarat Sampel
Sampel
harus representatif
Untuk meneuhi hasil/kesimpulan pelitian yang
diperoleh bisa menggambarkan keadaan populasi objek penelitian, maka
sampel yang diambil harus mewakili
populasi yang ada. Untuk itu dalam
sampling harus direncanakan dan asal mengambil. Misalnya, Kita ingin meneliti
hubungan antara pengetahuan pasien dan diet pada pasien diabetus. Dasar
pendidikan pasien ada yang tidak sekolah, tidak lulus SD, SMP, SMU,
Akademi/Perguruan Tinggi dan masih ada yang lain lagi. Kesemua tingkat
pendidikan tersebut harus terdapat dalam sampel. Istilah terwakili dalam sampel
penelitian, kalau semua tinglat pendidikan pasien yang ada dalam populasi telah
terwakili
Sampel
harus cukup banyak
”The more sample, the representativeness the result
of the research will be”. Meskipun keseluruhan lapisan populasi telah
terwakili, kalau jumlahnya kurang meneuhi, maka kesimpulan hasil penelitian
kurang atau bahkan tidak bisa memberikan gambaran tentang populasi. Sebenarnya
tidak ada pedoman umum yang digunakan untuk menentukan besarnya sampel untuk
suatu penelitian. Besar kecilnya jumlah sampel sangat dipengaruhi oleh macam
dari penelitian itu sendiri. Polit & Hungler (1993) menyatakan bahwa
semakin besar sampel yang dipergunakan semakin baik dan representatif hasil
yang diperoleh. Dengan kata lain semakin besar sampel, semakin mengurangi angka
kesalahan. Prinsip umum yang berlaku adalah
agar dalam penelitian digunakan jumlah sampel yang sebanyak mungkin,
tetapi penggunaan sampel sebesar 10-20 % untuk data sejumlah 1000 ke atas
kiranya sudah dipandang cukup, Makin kecil jumlah sampel, presentasi harus
semakin besar.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi dari Sampel
Kriteria
Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek
penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti.
Pertimbangan ilmiah harus sebagai pedoman di dalam menentukan kriteria inklusi.
Misalnya kita meneliti tentang manfaat senam hamil terhadap percepatan
pembukaan kala I, maka yang perlu sebagai bahan pertimbangan dalam kriteria
inklusi adalah paritas dan umur, karena kedua faktor tersebut sangat
mempengaruhi hasil dari intervensi yang dilakukan.
Kriteria
Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan /mengeluarkan
subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab, antara
lain :
(1)
Terdapat suatu kedaan atau penyakit yang
mengganggu pengukuran maupun interpretasi hasil. Misalnya dalam suatu studi
kasus kontrol yang mencari hubungan suatu faktor resiko dengan kejadian
penyembuhan luka pada pasca operasi laparatomi, maka subjek dengan kelainan
immunologis tidak boleh diikut sertakan dalam kelompok kasus.
(2)
Terdapat keadaan yang menganggu
pelaksanaan, seperti subjek yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap sehingga
sulit ditindaklanjuti.
(3)
Hambatan etis
(4)
Subjek menolak berpartisipasi.
3.
Sampling
Sampling artinya cara/metode pengambilan sampel. Sampling
adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari polpulasi untuk dapat mewakili
populasi. Sampel terdiri dari beberapa porsi yang membentuk suatu populasi.
Tekhnik sampling suatu cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar
memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian.
Pada garis besarnya ada 2 jenis sampel,
yaitu sampel-sampel probabilitas (Probability samples) atau sering disebut random
sample (sampel acak) dan sampel-sampel non probabilitas (Non probability
sample).
Random Sampling (Probability Samples)
Prinsip utama dari probability sampling adalah bahwa setiap subjek dalam populasi
mempunyai suatu kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel
lebih dari 0. Setiap populasi yang mungkin berbeda satu dengan lainnya tetapi
menyediakan populasi parameter, mempunyai kesempatan menjadi sampel yang
representatif. Dengan menggunakan random sampling, peneliti tidak bisa
memutuskan bahwa X lebih baik dari pada Y untuk penelitian. Teknik random
sampling hanya boleh digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi
bersifat homogen.
Pengambilan
sampel secara acak sederhana (Simple Random Sampling)
Simple random sampling adalah bahwa setiap anggota atau
unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai
sampel. Teknik pengambilan sampel secara acak sederhana ini dibedakan menjadi :
(1)
Dengan
mengundi anggota populasi (lottery techneque) atau teknik undian.
(2)
Dengan
menggunakan tabel bilangan atau angka acak (random number).
Pengambilan sampel secara acak sistematis ( Systematic
Sampling)
Teknik
ini merupakan modifikasi dari sampel random sampling. Caranya adalah membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang
diinginkan, misalnya hasil sebagai
interval adalah X, maka yang terkena sampel adalah setiap kelipatan X tersebut.
Pengambilan sampel secara acak
statifikasi (Stratified Sampling atau Stratified Random Sampling)
Stratified
Random Sampling adalah suatu tekhnik yang digunakan dalam pemelihan sampel
dimana peneliti mengetahui beberapa variabel pada populasi yang merupakan hal
yang penting untuk mencapai sampel yang representatif. Apabila suatu populasi
terdiri dari unit yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda atau
heterogen, maka teknik pengambilan sampel yang tepat digunakan stratified
sampling. Hal ini dilakukan dengan cara
mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi, kemudian
menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristik unit-unit tersebut.
Penentukan strata ini dapat didasarkan bermacam-macam, misalnya tingkat sosial
ekonomi pasien, tingkat keparahan penyakit, umur penderita, dsb. Setelah
ditentukan stratanya barulah dari masing-masing strata ini diambil sampel yang
mewakili strata tersebut secara random atau acak.
Contoh
jika kita merencanakan ada 100 sampel,
peneliti mengelompokkan 25 subjek di bawah umur 20 th ada 25 responden; 20-30
tahun 25 responden; 40-59 tahun 25 responden , dan 25 responden lagi pada
kelompok umur > 60 tahun. Pada sampling ini harus diyakini bahwa semua variabel yang diidenfikasi akan
secara representatif mewakili populasi.
Pengambilan sampel secara kelompok atau gugus (Cluster
Sampling)
Pada teknik ini sampel bukan terdiri dari unit individu,
tetapi terdiri dari kelompok atau
gugusan. Gugusan atau kelompok yang diambil sebagai sampel ini terdiri dari
unit geografis (desa, kecamatan, kabupaten, dsb), unit organisasi, misalnya
klinik, PKK. LKMD, dll.
Digunakan dalam dua situasi :
·
Jika
random sampling tidak memungkinkan karena beberapa alasan (jarak. biaya, dll)
·
Peneliti
tidak mengetahui alamat dari populasi secara pasti dan tidak memungkinkan
menyusun sampling frame. Misalnya tidak ada daftar nama-nama pasien yang telah
menljalani operasi jantung di Samarinda.
Systematic
Sampling
Dapat dilaksanakan jika tersedia daftar responden yang
dibutuhkan, jika jumlahnya populasi adalah 1200 orang dan sample yang
dibutuhkan (terpilih) 50 orang, maka setiap 24 orang akan menjadi sampel (1200
: 50)=24.
Non Random (Non Probability Sampling)
Pengambilan
sampel bukan secara acak atau random adalah
pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat
diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-segi
kepraktisan belaka. Metode ini mencakup beberapa teknik antara lain :
Accidental
Sampling (Convinience Sampling)
Pengambilan sampel secara aksidental (accidental)
ini dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau
tersedia. Bedanya dengan porpisive sampling adalah, kalau sampel yang diambil
secara porpusive berarti dengan sengaja mengambil atau memilih kasus atau
responden. Sedangkan sampel yang diambil secara aksedental berarti sampel
diambil dari responden atau kasus yang kebetulan ada.
Quota
Sampling (Judment Sampling)
Pengambilan sampling secara quota dilakukan dengan cara
menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah. Teknik ini
dilakukan dengan cara : pertama menetapkan berapa besar jumlah sampel yang
diperlukan atau menetapkan quotum (jatah). Kemudian jatah atau quotum itulah
yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan. Anggota
populasi manapun yang akan diambil tidak menjadi soal, yang penting jumlah
quotum yang sudah ditetapkan dapat dipenuhi.
Porposive
Sampling
Pengambilan sampel secara porposive didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau
sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.Teknik ini sangat cocok untuk
mengadakan studi kasus (case study),
dimana banyak aspek dari kasus tunggal yang
representatif untuk diamati dan dianalisis.
4.
Penentuan Besar Sampel (Sample Size)
Menetapkan besarnya atau jumlah sampel suatu penelitian
tergantung pada :
-
Adanya
sumber-sumber yang dapat digunakan untuk menentukan batas maksimal dari
besarnya sampel.
-
Kebutuhan
dari rencana analisis yang menentukan batas minimal dari besarnya sampel.
Misalnya jumlah pewawancara atau
pengumpul data, keterbatasan sumber daya pendukung yang lain sehingga menuntut
hanya jumlah sampel yang kecil saja.
Dipihak lain agar memungkinkan hasil penelitian dapat
dipercaya dari analisis tabel silang, serta memberikan ketepatan tertentu dari
perkkiraan proporsi yang diinginkan dan melakukan uji kemaknaan
perbedaan-perbedaan proporsi tersebut diperlukan jumlah sampel yang cukup
besar.
Untuk menghitung minimum besarnya sampel yang dibutuhkan bagi ketepatan
(accuracy) dalam membuat perkiraan atau estimasi proporsi-proporsi, kita perlu
menjawab pertanyaan-pertanyaan antara lain :
a. Berapa angka perkiraan yang masuk akal dari
proporsi-proporsi yang akan diukur dalam penelitian itu. Misalnya kita akan
meneliti prevalensi penyakit jantung koroner, kita harus memperkirakan berapa
angka prevalensi yang akan kita peroleh di dalam populasi, apabila kita tidak
dapat memperkirakan hal itu, yang paling aman kita perkirakan angka tersebut
adalag 0,50 (50%). Dengan angka ini akan diperoleh variance yang
maksimal sehingga sampel yang dipilih cukup mewakili.
b. Berapa tingkat kepercayaan yang diinginkan dalam
penelitian tersebut, atau berapa jauh penyimpangan estimasi sampel dari
proporsi sebenarnya dalam keseluruhan populasi. Apabila kita menginginkan
derajat ketepatan yang tinggi maka diambil angka 0,01 maka jumlah sampel akan
lebih besar dari pada kita memilih derajat ketepatan 0,05
c. Berapa derajat kepercayaan (confidence level) yang
akan digunakan, agar estimasi sampel akurat. Pada umumnya digunakan 91 % atau
95 % derajat kemaknaan.
d. Berapa jumlah populasi yang harus diwaikili oleh sampel
tersebut?
Apabila besar
populasi itu > 10.000, maka ketepatan besarnya sampel tidak begitu penting.
Tetapi bila populasi itu < 10.000, kertepatan atau besarnya sampel perlu
diperhitungkan.
Beberapa hal yang perlu diperhaikan dalam menentukan
sampel antara lain :
1.
Sampel
yang lebih besar akan memberikan hasil yang lebih akurat, tetapi memerlukan
lebih banyak waktu, enaga, biaya an faslitas-fasilitas lain.
2.
Pengambilan
sampel secara acak memberikan data kuantitatif yang lebih representatif dan
populasi yang lebih besar dari pada pengambilan sampel yang non random. Tetapi
sampel yang non random dapat digunakan untuk memaksimalkan data kualtatif dari
sampel yang relatif kecil.
3.
Besar/kecilnya
sampel bukan satu-satunya ukuran untuk menentukan representatif atau tidak
representatifnya terhadap populasi. Hal ini tergantung pula pada sifat-sifat
populasi yang diwakili.
Untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000, dapat
menggunakan formula yang lebih sederhana dengan rumus :
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang
diinginkan
|
||||
d
= Z x x
Keterangan :
d = Penyimpangan terhadap populasi atau erajat
ketepatan yang dininkan biasanya 0,05 atau 0,001
Z = Standar deviasi normal, dimana ditentukan
pada 1,95 atau 2,0 yang sesuai dengan derajat kemaknaan 95 %
p = Proporsi untuk sifat tertentu yang
diperkirakan terjadi pada populasi, Apabila tidak diketahui proporsi atau sifat
tertentu tersebut, maka p = 0,05
q = 1,0 – p
N = Besar
populasi
n = Besar sampel
thank's, izin copy
BalasHapus